tegasco.com, KENDARI
– Sebanyak 101 foto dan pakaian jenazah dipajang disebuah petak pada upacara
tradisi Ngaben massal atau pembakaran mayat secara massal yang digelar warga
Bali di desa Puasana, Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
(Sultra), Jumat (4/9) siang.
Upacara ngaben atau
pembakaran mayat ini baru dilakukan sejak 5 tahun di desa itu. Acara ini
diawali penyucian diri, dipimpin seorang tokoh adat.
Penyucian diri
diharapkan, agar dalam prosesi ritual ngaben berjalan sebagaimana yang
diajarkan oleh agama Hindu.
Acara ngaben 5
tahunan, bertujuan agar warga yang tidak mampu dapat mengikuti ngaben atau
pembakaran mayat yang menelan biaya hingga puluhan juta rupiah setiap jenazah.
Usai penyucian diri,
tulang - belulang 101 jenazah diambil dari makamnya, yang sedianya akan
dilakukan pembakaran.
Ngaben massal
mendatangkan 200 orang pemain gamelang dari daerah Bali, yang mengiringi
prosesi upacara adat ngaben atau pembakaran jenazah.
Pada acara ngaben
massal ini, pihak keluarga yang memiliki kerabat, menyediakan patung lembu yang
menjadi kendaraan para arwah mendiang mereka.
Patung lembu ini,
digotong oleh puluhan warga, sembari menari sebagai bentuk penghormatan bagi
mendiang.
Saat digotong,
patung lembu tersebut, ditumpangi oleh seorang warga menuju kremasi atau tempat
pembakaran jenazah. Acara ini, menarik perhatian warga di daerah itu.
Dari 101 jenazah, 51
diantaranya merupakan jenazah orang dewasa dan orang tua, 50 merupakan bayi
anak – anak. Jenazah bayi dibawa umur tiga tahun tidak dilakukan pembakaran
melainkan upacara adat pengeluahan yang berarti pembersihan bayi yang sudah
gugur.
“Kalau usia bayi
dibawa 3 bulan hanya prosesi biasa, kalau diatas 3 bulan itu dibakar,”jelas Niwanyang
Sukerti, nenek jenazah bayi.
Ditempat pembakaran
jenazah, berbagai ritual dan sesaji disiapkan pihak keluarga, saat pembakaran
berlangsung, sesaji dan pakaian peninggalan jenazah ikut dibakar.
“Setelah penyucian
bagi keluarga, tulang jenazah diambil dari makamnya, disimpan pada petak yang
selanjut diantar oleh patung lembu sebagai kendaraan jenazah. Kemudian menuju
tempat kremasi jenazah. Semua dibakar, termasuk sesajinya,”kata Ketua panitia
peneyelenggara Ngabe,n Dewa Made Putra Yasa.
Usai pembakaran, abu
jenazah kembali disatukan, selanjutnya dimasukkan pada tempat yang aman untuk
dihanyutkan pada aliran sungai
Acara ngaben massal
dihadiri Sekretaris Daerah, anggota DPRD, TNI/Polri dan Muspida Kabupaten
Konawe.
Menurut Sekretaris
Daerah (Sekda) Kabupaten Konawe Ahmad Ridwan mengatakan, ritual ini menjadi
destinasi wisata sehing ke depannya pemerintah akan mengamodir semua persiapan
ngaben massal agar berlangsung meriah.
“Kalau misalnya
ritual ini mau digelar, masyarakat adat Hindu bisa mengajukan program, kami akan
bahas, karena kegiatan ini dapat menjadi destinasi wisata budaya. Kita
rencanakan membagi adat budaya dan kearifan lokal, misalnya adat budaya Hindu,
Tolaki, Bugis dan adat budaya lainnya yang ada di desa ini,”ujar Ahmad Ridwan.
Mas’ud



Posting Komentar